Tradisi Nyaris Juara Indonesia di Piala AFF

Timnas Indonesia menatap Piala AFF 2016 dalam kondisi baru bangkit dari 'tidur' akibat sanksi FIFA yang membuat Indonesia selama sekitar satu tahun tak bisa berpartisipasi di semua kompetisi, baik di level negara maupun klub.

Selama hampir satu tahun berada di bawah sanksi FIFA, Indonesia juga dicoret dari Kualifikasi AFC U-16 dan AFC U-19, Kejuaraan Regional Wanita AFC U-14, Kejuaraan Futsal Wanita AFC Malaysia 2015, Kejuaraan Futsal AFC 2016 (kualifikasi zona AFF), Piala AFC 2015 dan Liga Champions Asia di level klub.

FIFA mencabut sanksi kepada Indonesia pada pekan kedua Mei 2016 dan mengumumkannya dalam Kongres Tahunan FIFA di Meksiko. Sepak bola Indonesia sejak itu kembali memiliki harapan setelah kehilangan banyak momentum berharga.

Piala AFF 2016 merupakan turnamen resmi pertama yang diikuti timnas senior Indonesia setelah terbebas dari sanksi FIFA. Meski menuai hasil cukup baik dalam empat laga uji coba yang dijalani sebelum bertarung di Piala AFF 2016. Namun Indonesia bukan negara favorit juara di turnamen kali ini.

Kendati lolos otomatis ke putaran final, namun posisi Indonesia berada di pot empat atau sejajar dengan negara yang lolos lewat jalur kualifikasi yakni Kamboja. Dalam dua penyelenggaraan terakhir, langkah Indonesia selalu kandang di penyisihan grup.

Meski bukan favorit utama, namun harapan menjadi jawara di kawasan ASEAN tetap diapungkan PSSI sebelum skuat asuhan pelatih Alfred Riedl itu berangkat menuju Filipina. Dengan masa persiapan yang relatif lebih singkat dibandingkan negara lain. Skuat Garuda berusaha menghapus tradisi 'nyaris' juara di turnamen ini.

Indonesia bisa dikatakan paling 'apes' dibandingkan negara lain yang pernah menembus partai puncak Piala AFF. Dari empat kali kesempatan tampil di final, tak sekalipun skuat Garuda mengakhirinya dengan pesta juara.

Piala AFF 2000

Di kesempatan final pertama yakni di Piala AFF 2000, Indonesia gagal setelah menelan kekalahan 1-4 dari tuan rumah Thailand saat turnamen ini masih menggunakan format home tournament. Namun begitu keberhasilan Indonesia ke final kala itu tergolong mengejutkan setelah di semifinal secara dramatis mengalahkan Vietnam yang tampil impresif di penyisihan grup dengan skor 3-2 lewat perpanjangan waktu.

Piala AFF 2002
Selang dua tahun kemudian, masih dalam format home tournament, Indonesia memiliki momentum bagus karena selain persiapan yang dilakukan pun tergolong lebih matang dibandingkan dua tahun sebelumnya. Skuat Garuda juga tampil di kandang sendiri.

Memulai turnamen dengan grogi dan hasil kurang memuaskan setelah ditahan tanpa gol oleh Myanmar. Indonesia lolos ke semifinal setelah meraih kemenangan 4-2 atas Kamboja, imbang 2-2 melawan Vietnam, dan menggulung Filipina dengan skor 13-1.

Skuat Garuda lolos ke final setelah mengandaskan musuh bebuyutan Malaysia dengan skor 1-0 di Gelora Bung Karno lewat gol Bambang Pamungkas. Kemenangan tersebut menumbuhkan angan-angan Indonesia bisa menggelar pesta juara di kandang sendiri.

Tapi harapan kembali kandas dan lagi-lagi Thailand jadi 'pelakunya' setelah mengubur impian Indonesia dengan cara yang cukup menyakitkan. Indonesia kalah adu penalti di depan sekitar 100.000 penonton yang memenuhi Gelora Bung Karno dengan skor 2-4 setelah di waktu normal dan perpanjangan waktu bermain imbang 2-2.

Piala AFF 2004

Di edisi berikutnya, Indonesia kembali menembus final. Bahkan, performa Indonesia di Piala AFF 2004 bisa dikatakan salah satu yang terbaik. Salah satunya berkat comeback luar biasa skuat Garuda ketika menyingkirkan Malaysia di semifinal.

Setelah kalah 1-2 di leg pertama semifinal di Jakarta. Pasukan Merah Putih yang dipimpin pelatih Peter Withe kemudian membuat cerita heroik di Stadion Nasional Bukit Jalil pada leg kedua semifinal.

Sempat seperti kehilangan harapan akibat Malaysia memperlebar skor aggregat melalui gol Muhamad Khalid Jamlus di babak pertama. Indonesia membuat publik Negeri Jiran terpana sekaligus kecewa setelah di babak kedua menggelontorkan empat gol untuk membalikan keadaan jadi unggul aggregat 5-3.

Kiprah timnas Indonesia di Piala AFF 2004 banyak mengundang pujian, bahkan media nasional seperti Tabloid Bola kala itu 'jarang-jarang' menempatkan kiprah timnas di halaman cover dengan memasang foto Boaz Solossa yang kala itu masih berusia 18 tahun. Boaz di Piala AFF 2004 memang tampil impresif, kolaborasinya dengan Ilham Jayakesuma maupun Kurniawan Dwi Yulianto sangat menakutkan buat pemain belakang lawan.

Sayangnya di final, harapan Indonesia kembali buyar. Kali ini giliran Singapura yang mengubur impian Indonesia. Tahu nyawa Indonesia ada dalam diri Boaz, Negeri Singa seolah sudah memersiapkan rencana untuk membuat Boaz mati kutu, termasuk dengan mencederainya.

Paling tidak itu terlihat dari terjangan keras menjurus brutal yang dilakukan Baihakki Khaizan kepada Boaz di leg pertama final yang dilaksanakan di Gelora Bung Karno. Akibat terjangan bek yang kemudian berkarier di Indonesia bersama Persija Jakarta dan Persib Bandung itu, Boaz mengalami cedera serius hingga harus ditandu dan digantikan pemain lain.

Indonesia akhirnya menyerah di dua pertemuan partai final. Kalah 1-3 di Jakarta dan menyerah 1-2 di Singapura. Kegagalan tersebut jadi hattrick runner-up buat Indonesia.

Piala AFF 2010
Setelah gagal di Piala AFF 2007 karena kalah selisih gol dari Singapura dan Vietnam di penyisihan grup. Indonesia kembali menunjukkan kelasnya di Piala AFF 2010. Kali ini skuat Merah Putih terlihat berbeda karena diperkuat pemain naturalisasi.

Dua pemain naturalisasi yang berseragam Merah Putih tersebut adalah Irfan Bachdim dan Christian Gonzales. Kontribusi mereka terlihat nyata saat Indonesia membantai Malaysia di laga pembuka dengan skor 5-1. Indonesia melanjutkan dominasi dengan menggulung Laos enam gol tanpa balas. Terakhir, memulangkan Thailand lewat kemenangan 2-1 sekaligus memberi jalan kepada musuh bebuyutan Malaysia untuk melenggang ke semifinal.

Di semifinal Indonesia mendapatkan keuntungan karena Filipina yang harusnya jadi tuan rumah leg pertama semifinal memutuskan menggelar pertandingan di Jakarta. Filipinan sendiri lolos ke semifinal berkat bantuan sejumlah pemain naturalisasinya yang mengubah kekuatan mereka dari tim lemah jadi skuat yang cukup diperhitungkan.

Dalam dua pertemuan, Christian Gonzales yang saat itu berstatus sebagai pemain Persib Bandung jadi aktor kemenangan Indonesia yang diraih dengan skor sama 1-0 (aggregat 2-0). Indonesia lolos ke final dan ditantang Malaysia yang secara mengejutkan menyingkirkan Vietnam di semifinal dengan aggregat 2-0.

'Keputusan' Indonesia memberikan jalan kepada Malaysia, terasa jadi bumerang karena di final Harimau Malaya tampil beda. Seolah tak terlihat skuat Malaysia yang dibantai 5-1 oleh Indonesia di partai pembuka.

Malaysia tampil penuh motivasi dan menggulung Indonesia dengan skor 3-0 di leg pertama final yang digelar di Stadion Nasional Bukit Jalil. Kekalahan tersebut membuat perjuangan Indonesia untuk membalikan keadaan menjadi sangat berat meski di leg kedua tampil sebagai tuan rumah.

Indonesia dituntut mencetak minimal empat gol tanpa balas. Sementara Malaysia sudah di atas angin, karena hanya butuh hasil imbang atau tidak kalah dengan selisih empat gol. Akhirnya Indonesia kembali jadi spesialis runner-up meski di leg kedua meraih kemenangan 2-1 karena skor aggregat masih jadi milik Malaysia, 4-2.

Gagal Total di 2012 dan 2014

Piala AFF 2012 dan 2014 bisa dikatakan jadi periode terburuk timnas Indonesia. Dualisme kepengurusan dan kompetisi ikut memengaruhi kualitas timnas Indonesia di dua penyelenggaraan terakhir dan terhenti langkahnya di penyisihan grup.

Piala AFF 2016?
Meski tahu butuh perjuangan ekstra, Ketua Umum PSSI yang baru terpilih, Edy Rahmayadi tetap berharap timnas Indonesia jadi juara di Piala AFF 2016. Edy tetap memandang Indonesia memiliki kualitas yang tidak kalah baik dibandingkan negara lainnya yang lebih difavoritkan.

"Berikan yang terbaik untuk negara ini. Maksud yang terbaik itu adalah menjadi juara. Buat apa timnas Indonesia datang jauh-jauh kalau tidak menjadi juara," kata Edy saat menyambangi penginapan timnas sebelum berangkat ke Filipina.(*)

Prestasi Indonesia di Piala AFF1996 Peringkat Empat
1998 Peringkat Tiga
2000 Runners Up
2002 Runners Up
2004 Runners Up
2007 Penyisihan Grup
2008 Semi Final
2010 Runners Up
2012 Penyisihan Grup
2014 Penyisihan Grup

Komentar