Meski belum berlisensi A AFC, namun Djadjang Nurdjaman termasuk salah satu pelatih yang mendapatkan hak 'istimewa' atau pengeculian dari PSSI untuk memimpin klub di kompetisi kasta tertinggi.
Hak 'istimewa' tersebut adalah Recognition of Competence. Namun aturan tersebut tentunya hanya berlaku di kompetisi domestik. Hak yang dimiliki Djanur tersebut pastinya tak berlaku jika Persib ditunjuk PSSI jadi wakil Indonesia di kompetisi antarklub Asia.
Aturan AFC memaksa Djanur tak bisa memimpin langsung Persib dan manajemen kemungkinan memakai cara seperti saat tampil di AFC Champions League (ACL) dan AFC Cup 2015 dengan menunjuk Emral Abus sebagai pelatih 'khusus' untuk kompetisi antarklub Asia.
Recognition of Competence adalah kebijakan khusus yang diberikan PSSI kepada para pelatih yang belum memiliki lisensi A AFC, namun punya kompetensi untuk melatih di kompetisi strata tertinggi seperti ISL. Hak tersebut diperoleh Djanur karena dia sudah membuktikan kompetensinya sebagai pelatih berkualitas setelah membawa Persib juara ISL 2014.
Tak hanya sejumlah prestasi nasional lain pernah diukirnya, seperti membawa Pelita Jaya U-21 juara ISL musim 2008/2009. Lalu sejumlah prestasi di turnamen tak resmi bersama Persib seperti Celebes Cup 2013, juara Piala Presiden 2015 dan juara Piala Wali Kota Padang 2015.
Kebijakan Recognition of Competence ini pernah ditegaskan oleh CEO PT Gelora Trisula Semesta (GTS) Joko Driyono ketika isu lisensi kepelatihan Djanur mengemuka beberapa pekan setelah Persib menunjuknya kembali jadi pelatih pascakeputusan mundur Dejan Antonic.
Selain Djanur, pelatih lain yang mendapatkan fasilitas Recognition of Competence adalah Daniel Roekito karena prestasinya pernah membawa Persik Kediri juara Liga Indonesia XI/2006.
Sebelumnya Manajer Persib Umuh Muchtar memastikan Djanur akan kembali ditunjuk jadi Pelatih Persib di kompetisi resmi yang bakal digelar kembali oleh PSSI pada 2017 mendatang.(*)
Hak 'istimewa' tersebut adalah Recognition of Competence. Namun aturan tersebut tentunya hanya berlaku di kompetisi domestik. Hak yang dimiliki Djanur tersebut pastinya tak berlaku jika Persib ditunjuk PSSI jadi wakil Indonesia di kompetisi antarklub Asia.
Aturan AFC memaksa Djanur tak bisa memimpin langsung Persib dan manajemen kemungkinan memakai cara seperti saat tampil di AFC Champions League (ACL) dan AFC Cup 2015 dengan menunjuk Emral Abus sebagai pelatih 'khusus' untuk kompetisi antarklub Asia.
Recognition of Competence adalah kebijakan khusus yang diberikan PSSI kepada para pelatih yang belum memiliki lisensi A AFC, namun punya kompetensi untuk melatih di kompetisi strata tertinggi seperti ISL. Hak tersebut diperoleh Djanur karena dia sudah membuktikan kompetensinya sebagai pelatih berkualitas setelah membawa Persib juara ISL 2014.
Tak hanya sejumlah prestasi nasional lain pernah diukirnya, seperti membawa Pelita Jaya U-21 juara ISL musim 2008/2009. Lalu sejumlah prestasi di turnamen tak resmi bersama Persib seperti Celebes Cup 2013, juara Piala Presiden 2015 dan juara Piala Wali Kota Padang 2015.
Kebijakan Recognition of Competence ini pernah ditegaskan oleh CEO PT Gelora Trisula Semesta (GTS) Joko Driyono ketika isu lisensi kepelatihan Djanur mengemuka beberapa pekan setelah Persib menunjuknya kembali jadi pelatih pascakeputusan mundur Dejan Antonic.
Selain Djanur, pelatih lain yang mendapatkan fasilitas Recognition of Competence adalah Daniel Roekito karena prestasinya pernah membawa Persik Kediri juara Liga Indonesia XI/2006.
Sebelumnya Manajer Persib Umuh Muchtar memastikan Djanur akan kembali ditunjuk jadi Pelatih Persib di kompetisi resmi yang bakal digelar kembali oleh PSSI pada 2017 mendatang.(*)
Komentar
Posting Komentar