Vitor Rodrigues Saba sempat santer diberitakan bakal merapat ke Persib Bandung. Bahkan, Maung Bandung menyatakan siap memenuhi permintaan nilai kontrak yang diajukan playmaker asal Brasil itu.
Tak hanya itu demi membantu Persib mendapatkan mantan pemain Brescia itu, penghubung Saba di Indonesia, Gabriel Budi Liminto pun rela fee agent atau uang 'tip' atas jasanya dipotong.
Namun upaya Persib dan Gabriel Budi akhirnya gagal membuahkan hasil setelah Saba menyatakan belum bisa menerima tawaran bermain di Indonesia bersama Maung Bandung. Saat itu salah satu yang menjadi alasan Saba menolak Persib karena dia ingin lebih dekat mendampingi istrinya yang sedang hamil.
Selain itu Saba tentu punya pertimbangan matang sebelum memutuskan di klub dan kompetisi negara mana ia akan melanjutkan karier. Sebagai pemain yang usianya tergolong emas ditambah pengalamannya yang lumayan lama berkarier di Eropa, tentu tak mengherankan jika Saba kemudian memilih tawaran bermain di klub Eerstedivisie Belanda, Fortuna Sittard.
Di situs resmi klub, Saba menyatakan, alasan dirinya menerima tawaran bergabung ke Fortuna Sittard. Dia tertarik dan merasa tertantang untuk mengangkat prestasi Fortuna agar bisa kembali menembus kompetisi Eredivisie Belanda.
"Agen saya berkomunikasi dengan klub dan saya diberitahu tentang rencana yang menarik di sini. Saya kemudian berbicara dengan pemilik dan orang-orang dari klub. Semua yang dilakukan sekarang adalah investasi jangka panjang untuk membuat Fortuna kembali meraih kesuksesan dan saya ingin berada di dalam proses itu," ungkap Saba.
Klub asal Provinsi Limburg itu pernah mencapai masa keemasannya di era 1950-an sampai 1960-an. Pada era tersebut, Fortuna pernah dua kali menggondol KNVB Beker atau Piala Belanda musim 1957 dan 1964. Selain itu pernah jadi runner-up Eredivisie musim 1956/1957 di bawah Ajax Amsterdam.
Besarnya tekad Fortuna Sittard untuk bangkit, juga diwujudkan lewat pergantian pelatih. Akhir Desember 2016, pihak klub juga memastikan penunjukkan legenda sepak bola Nigeria Sundey Oliseh untuk memimpin skuat menggantikan Ben van Dael. Mantan pemain Ajax, Juventus dan Borussia Dortmund itu diharapkan bisa mengangkat Fortuna dari keterpurukan dan ancaman degradasi.
Liga Belanda bagaimanapun tentu menjanjikan peluang karier lebih baik untuk Saba. Di balik itu, lagi-lagi ada pesan 'tersembunyi' dari Saba kenapa dia menolak berkarier di Indonesia. Sebelumnya Saba menyatakan jika dia melakukan 'riset' kecil-kecilan untuk menentukan kemana dirinya akan melangkah. Hasilnya Belanda dinilai sebagai lokasi terbaik.
Meski Persib sanggup membayar permintaan kontrak Saba. Namun bagi para pemain asing, terutama yang rekam jejaknya 'jelas', uang bukan satu-satunya pertimbangan. Mereka pastinya butuh jaminan saat berkarier di Tanah Air karena sepak bola Indonesia selama ini, dikenal inkonsisten dalam banyak hal.
Jatuhnya sanski FIFA kepada Indonesia pada 2015 lalu, bukan tak mungkin turut memengaruhi sikap dan keputusan Saba.(*)
Tak hanya itu demi membantu Persib mendapatkan mantan pemain Brescia itu, penghubung Saba di Indonesia, Gabriel Budi Liminto pun rela fee agent atau uang 'tip' atas jasanya dipotong.
Namun upaya Persib dan Gabriel Budi akhirnya gagal membuahkan hasil setelah Saba menyatakan belum bisa menerima tawaran bermain di Indonesia bersama Maung Bandung. Saat itu salah satu yang menjadi alasan Saba menolak Persib karena dia ingin lebih dekat mendampingi istrinya yang sedang hamil.
Selain itu Saba tentu punya pertimbangan matang sebelum memutuskan di klub dan kompetisi negara mana ia akan melanjutkan karier. Sebagai pemain yang usianya tergolong emas ditambah pengalamannya yang lumayan lama berkarier di Eropa, tentu tak mengherankan jika Saba kemudian memilih tawaran bermain di klub Eerstedivisie Belanda, Fortuna Sittard.
Di situs resmi klub, Saba menyatakan, alasan dirinya menerima tawaran bergabung ke Fortuna Sittard. Dia tertarik dan merasa tertantang untuk mengangkat prestasi Fortuna agar bisa kembali menembus kompetisi Eredivisie Belanda.
"Agen saya berkomunikasi dengan klub dan saya diberitahu tentang rencana yang menarik di sini. Saya kemudian berbicara dengan pemilik dan orang-orang dari klub. Semua yang dilakukan sekarang adalah investasi jangka panjang untuk membuat Fortuna kembali meraih kesuksesan dan saya ingin berada di dalam proses itu," ungkap Saba.
Klub asal Provinsi Limburg itu pernah mencapai masa keemasannya di era 1950-an sampai 1960-an. Pada era tersebut, Fortuna pernah dua kali menggondol KNVB Beker atau Piala Belanda musim 1957 dan 1964. Selain itu pernah jadi runner-up Eredivisie musim 1956/1957 di bawah Ajax Amsterdam.
Besarnya tekad Fortuna Sittard untuk bangkit, juga diwujudkan lewat pergantian pelatih. Akhir Desember 2016, pihak klub juga memastikan penunjukkan legenda sepak bola Nigeria Sundey Oliseh untuk memimpin skuat menggantikan Ben van Dael. Mantan pemain Ajax, Juventus dan Borussia Dortmund itu diharapkan bisa mengangkat Fortuna dari keterpurukan dan ancaman degradasi.
Liga Belanda bagaimanapun tentu menjanjikan peluang karier lebih baik untuk Saba. Di balik itu, lagi-lagi ada pesan 'tersembunyi' dari Saba kenapa dia menolak berkarier di Indonesia. Sebelumnya Saba menyatakan jika dia melakukan 'riset' kecil-kecilan untuk menentukan kemana dirinya akan melangkah. Hasilnya Belanda dinilai sebagai lokasi terbaik.
Meski Persib sanggup membayar permintaan kontrak Saba. Namun bagi para pemain asing, terutama yang rekam jejaknya 'jelas', uang bukan satu-satunya pertimbangan. Mereka pastinya butuh jaminan saat berkarier di Tanah Air karena sepak bola Indonesia selama ini, dikenal inkonsisten dalam banyak hal.
Jatuhnya sanski FIFA kepada Indonesia pada 2015 lalu, bukan tak mungkin turut memengaruhi sikap dan keputusan Saba.(*)
Komentar
Posting Komentar